A. Judul
Mengukur
suatu benda dalam satuan panjang, massa, suhu, dan waktu.
B. Rumusan Masalah
1.
Apa saja
bagian-bagian dari alat ukur ?
2.
Bagaimana pengoprasian
alat ukur ?
3.
Bagaimana penentuan
ketidakpastian hasil pengamatan ?
4.
Bagaimana hasi
pengukuran ?
C. Tujuan
1.
Mahasiswa dapat
mengidentifikasikan bagian-bagian alat ukur
2.
Mahasiswa dapat mengoprasikan
alat ukur
3.
Mahasiswa dapat
menentukan ketidakpastian hasil pengamatan
4.
Mahasiswa dapat
mengungkap hasil pengukuran
D. Dasar Teori
Fisika
adalah ilmu yang mempelajari benda-benda serta fenomena yang terkait dengan
benda tersebut. Untuk mendeskripsikan keadaan suatu benda atau fenomena yang
terjadi pada benda, maka didefinisikan berbagai besaran fisika. Besaran-besaran
fisika ini slalu dapat terukur dan memiliki nilai yang merupakan hasil
pengukuran.
Untuk
mengetahui nilai dari suatu besaran fisika harus dilakukan pengukuran.
Pengukuran adalah suatu teknik untuk mengkaitkan suatu bilangan pada suatu
sifat fisis dengan membandingkannya dengan suatu besaran standar yang telah diterima sebagai suatu satuan. Kebanyakan
pengukuran yang dilakukan di laboratorium disederhanakan sedemikian rupa
sehingga pada dasarnya merupakan pengukuran suatu jarak.
a.
besaran
Dalam
mengukur kita membutuhkan suatu standar sebagai pembanding besar sesuatu yang
akan diukur. Standar tadi kemudian dinyatakan memiliki nilai satu dan dijadikan
sebagai acuan satuan tertentu. Sistem standar internasional untuk ukuran saat
ini sudah ada, dan dikenal dengan Sistem Internasional (SI). Bersamaan dengan
system standar, juga terdapat satuan SI untuk setiap besaran fisika. (Mirza,
2012)
Terdapat
tujuh buah besaran dasar fisika (dengan satuannya masing-masing) :
1.
Panjang (meter)
2.
Massa (kilogram)
3.
Waktu (sekon)
4.
Arus listrik
(ampere)
5.
Temperature
(Kelvin)
6.
Jumlah zat
(mole)
7.
Intensites cahaya
(candela)
b. Analisa dimensi
Dimensi dalam fisika menggambarkan
sifat fisis dari suatu besaran.
Panjan suatu
benda, walaupun dapat dinyatakan
dalam berbagai satuan, tetap memiliki sifat fisis
tertentu, yaitu panjang. Dimensi berkelakuan seperti suatu kuantitas
aljabar. Sebagai
contoh, kita tidak dapat menjumlahkan panjang sebuah benda dengan periode getaran benda, karena
dua besaran tersebut berbeda dimensinya. Tidak ada maknanya menjumlah satu meter
dengan satu detik. Hanya dua besaran yang berdimensi sama yang dapat dijumlahkan atau dikurangkan. Dalam
sebuah persamaan, dimensi di sisi
kiri
dan kanan persamaan haruslah sama. Dari prinsip-prinsip ini, kita dapat menggunakan analisa
dimensi untuk mengecek kebenaran suatu persamaan fisika
c. Angka penting
Dalam
pengukuran, hasil ukur selalu terdiri dari beberapa angka pengukuran yang pasti serta satu
atau dua
angka (terakhir) pengukuran yang tidak pasti atau berupa perkiraan. Ralat dari
pengukuran biasanya diambil
dari skala terkecil atau
setengah
skala terkecil alat ukur yang dipakai. Hasil pengukuran yang berada dalam daerah ralat
(ketidakpastian) merupakan hasil perkiraan pengukuran, sehingga tidak pasti nilainya. Misalnya diukur lebar
sebuah meja dengan meteran penggaris yang skala terkecilnya adalah 1 mm. Diperoleh hasil l = 10; 23 cm
dengan ralat dari alat ukurnya
sekitar _0; 05 cm. Angka tiga dalam hasil pengukuran tadi adalah hasil perkiraan. Terkadang
untuk memudahkan, angka tersebut diberi garis atas, l = 10; 2_3. Terkait dengan
penulisan hasil pengukuran, diperkenalkan konsep tentang angka penting. Angka
penting adalah
angka hasil pengukuran yang terdiri dari beberapa angka pasti dan satu
angka terakhir yang berupa
perkiraan.
Angka nol di depan, yang
menunjukkan
letak koma desimal, bukanlah angka penting, misalnya 0,00025 hanya terdiri dari dua angka
penting (dua dan lima). Angka nol di belakang dapat merupakan angka penting, tapi
juga dapat sekedar untuk menunjukkan letak koma desimal. Karena ketidakjelasan
ini, maka
penulisan hasil pengukuran hendaknya dinyatakan dalam notasi ilmiah.
Sebagai contoh, 0,00025 m
dituliskan
sebagai 2; 5_104
m, bila hanya
terdiri dari dua angka penting. Tetapi bila angka nol di belakang juga merupakan angka hasil
pengukuran, misalnya 0,000250 m hendaknya ditulis sebagai 2; 50 _ 104
m, yang
menunjukkan bahwa nol terakhir juga merupakan angka penting. Lebih baik
lagi bila penulisan hasil
pengukuran
dilengkapi dengan ralatnya.
Misalnya
contoh pengukuran lebar meja di atas, ditulis (10; 23 _0; 05) cm, sehingga jelas bahwa angka tiga
di 10,23 merupakan angka perkiraan.
Dalam
menjumlahkan, mengurangkan, mengalikan dan membagi dua angka penting berlaku
kaedah-kaedah (rasional) berikut: Bila angka pasti bertemu (dijumlah, dikurang, dikali atau
dibagi) dengan angka pasti
hasilnya angka pasti. Bila angka
perkiraan
bertemu dengan angka perkiraan, hasilnya angka perkiraan. Bila angka perkiraan bertemu
dengan angka pasti hasilnya angka perkiraan (bila hasilnya dua angka, maka yang terakhir adalah
perkiraan sedangkan yang di depan angka pasti).
Referensi
:
1. Giancoli,
Douglas C. 1998. Fisika Edisi Kelima
Jilid 1. Jakarta : Erlangga
2. Satriawan,
Mirza. 2012. Fisika Dasar (online). http://fisikazone.com/fisika-dasar-univ.pdf/.
(diakses pada 15 oktober 2014)
3. Team
Penyusun. 2013. Penuntun Praktikum Fisika
Dasar 1. Gorontalo : Laboratorium Fisika UNG.
E. Variabel
1. Variabel bebas :
2. Variable terikat :
3. Variable Kontrol :
F.
Alat dan Bahan
1. Mistar
2. Jangka sorong
3. Micrometer sekrup
4. Sferometer
5. Thermometer
6. Stopwatch
7. Neraca mekanik
8. Neraca pegas
9. Barometer dan Hygrometer
10. Silinder
11. Lensa Konvergen (cembung), lensa divergen (cekung),
dan kaca planparalel
12. Kontainer
13. Bandul
14. Balok-balok, dan massa pemberat
G.
Prosedur Kerja
1. Menentukan nilai skala terkecil dari
a. Mistar
b. Jangka sorong
c. Mikrometer
sekrub
d. Sferometer
e. Thermometer
f. Stopwatch
g. Neraca pegas
h. Neraca mekanik
2. Mengukur panjang, dan lebar meja praktikum dengan menggunakan
mistar.
3. Mengukur diameter dalam, diameter luar, dan kedalaman
dari silinder yang diberikan Asisten menggunakan jangka sorong.
4. Mengukur tebal dari masa pemberat yang diberikan
Asisten menggunakan micrometer sekrub..
5. Mengukur jari-jari kelengkungan lensa-lensa yang
diberikan oleh Asisten dengan menggunakan sferometer.
6. Mengukur massa dari balok-balok/massa pemberat yang
diberikan Asisten dengan menggunakan Neraca Mekanik.
7. Mengukur berat dari balok-balok/massa pemberat yang
diberikan Asisten dengan menggunakan neraca pegas.
8. Mengukur suhu air yang diberikan asisten menggunakan
thermometer.
9. Mengukur 3 kali ayunan bandul menggunakan stopwatch
sebanyak 5 kali.
10. Mengukur waktu yang dibutuhkkan oleh sebuah benda yang
dijatuhkan dari ketinggian tertentu.
11. Mengukur suhu ruangan (dalam satuan Fahrenheit),
tekanan dan kelembapan udara dalam Laboratorium Fisiska.
Pengolahan Data
1.
Menghitung Hasil
Pengukuran Dalam Angka Penting
a.
Menghitung Panjang Dan
Lebar Meja Praktikum
Ø Panjang (P)
P =
120 cm = 1,2 m
∆P =
½ nst mistar
= ½ x 0,1 cm= 0,05 cm = 0,0005 m
KR = x 100 % = 0,041 % (5 AP)
(P ±
∆P) = (1,2000 ± 0,0005) m
Ø Lebar (L)
L =
90 cm = 0,9 m
∆L = ½ nst mistar
= ½ x 0,1 cm = 0,05 cm = 0,0005 m
KR = x 100 % = 0,055 % (4 AP)
(L ±
∆L) = (9,000 ± 0,005) x 10-1 m
b.
Menghitung diameter
dalam, diameter luar, dan kedalaman silinder
Ø Diameter dalam (D1)
D1
= 7,835 cm = 0,07835 m
∆ D1
= ½ nst jangka sorong
= ½ x 0,05 mm = 0,025 mm = 0,000025 m
KR = x 100 % = 0,03190 % (5 AP)
(D1 ± ∆D1) = (7,8350
± 0,0025) x 10-2 m
Ø Diameter luar (D2)
D2
= 7,93 cm = 0,0793 m
∆ D2
= ½ nst jangka sorong
= ½ x 0,05 mm mm= 0,025 = 0,000025 m
KR = x 100 % = 0,0315 % (5 AP)
(D2 ± ∆D2) = (7,93000
± 0,0025) x 10-2 m
Ø Kedalaman (h)
h =
11,16 cm = 0,1116 m
∆h =
½ nst jangka
= ½ x 0,05 m = 0,025 mm = 0,000025 m
KR = x 100 % = 0,022 % (5 AP)
(h ±
∆h) = (1,1160 ± 0,0002) x 10-1 m
c.
Menghitung tebal massa
pemberat
Ø Tebal massa pemberat (d)
d =
4,035 mm = 0,004035 m
∆d =
½ nst mikrometer sekrup
= ½ x 0,01 mm = 0,005 mm = 0,000005 m
KR = x 100 % = 0,123% (4 AP)
(d ± ∆d) = (4,035 ± 0,005) x 10-3
m
d.
Menghitung jari-jari
kelengkungan lensa
Ø Lensa
Cembung
h1 = 1,96 mm= 1,96 × m
h1
= ½ x 0,01 mm= 0,000005= m
a = 3 cm= 0,03 m = 3 × m
a = ½ x
0,1 cm= 0,0005= m
r= = 0,02 m
R1 = =
=
= 1,,96 x 10-6 m
= =
=
=
=
= 1,66 x m
R1
= x R1
=1,66 x x 1,96 x 10-6
= 3,52 x m
KR = x 100 % = 1,66 x× 100 %
= 1,66 % (3 AP)
(R1R1)
= ( 1,96 ) x m
Ø Lensa
Cekung
h2 = 1,85 mm = 1,85 x m
a = 3 cm = 3x m
h2=
½ x 0,01 mm= 0,000005 = 5 x m
a = ½ x
0,1 cm= 0,0005 = 5 x m
r = = = 0,02 m
R2= =
=
= 1,5 x m
==
=
=2,35 x m
R2
= x = 2,35 x x 1,5 x
=
m
KR = x 100 % =
2,35 x 100 % = 0,0235 % (5 AP)
(R2R2)
= (1,5,0000,0003) x m
e.
Menghitung Massa
Pemberat
Ø Diukur dengan neraca duduk
m =
278,6 gram = 0,278 kg
∆m = ½ nst neraca mekanik duduk
= ½ x 0,1 g = 0,05 g = 0,00005 kg
KR = x 100 % = 0,017 % (5 AP)
(m ± ∆m) = (2,7860 ± 0,0005) x 10-1
kg
Ø Diukur dengan Neraca mekanik berdiri
m =
95,2 gram = 0,0952 kg
∆m = ½ nst neraca mekanik berdiri
= ½ x 0,01 g = 0,005 g = 0,000005 kg
KR = x 100 % = 0,0052% (5 AP)
(m ± ∆m) = (9,5200 ± 0,0005) x 10-2
kg
f.
Menghitung Berat
Ø Berat (W)
W =
0,5 N
∆W =
½ nst neraca pegas
= ½ x 0,1 N = 0,05 N
KR = x 100 % = 10 % (2 AP)
(W ± ∆W) = (5,0 ± 0,5)10-1 N
g.
Menghitung suhu air
Ø Suhu air (T)
T =
26 oC
∆T =
½ nst termometer
= ½ x 1 = 0,5
KR = x 100 % = 1,92 % (3 AP)
(T ± ∆T) = (2,60 ± 0,05) x 10 m
h.
Menghitung ayunan bandul
dalam 3 kali ayunan
t
(satuan)
|
t2
(satuan)
|
1. 3,1 s
2. 3,0 s
3. 3,0 s
|
1. 9,61
2. 9
3. 9
|
Σt = 9,1 s
|
(Σt2) = 27,61 s
|
(Σt)2 = 82,81 s
|
|
t = = = 3,033s
∆t = =
=
=
=
= 0,7445 s
KR = x 100 %
= x 100 %
= 24,54 % (2 AP)
(t∆t)=(
3,0 0,7 ) s
i.
Menghitung waktu yang
dibutuhkan oleh benda yang dijatuhkan dari ketinggian tertentu
t
(satuan)
|
t2
(satuan)
|
1. 0,4 s
2. 0,5 s
3. 0,4 s
4. 0,5 s
5. 0,4 s
|
1. 0,16
2. 0,25
3. 0,16
4. 0,25
5. 0,16
|
Σt = 2,2 s
|
(Σt2) = 0,98 s
|
(Σt)2 = 4,84 s
|
|
t = = = = 0,44 s
∆t = =
=
=
=
= 0.16 s
KR = x 100 %
= x 100 %
= 36,36 % (2 AP)
(t∆t)= (
4,4 0,1 ) xs
j.
Menghitung suhu ruangan
(T) Tekanan (P) dan Kelembaban Udara (H)
Ø Suhu ruangan (T)
T =
88oF
∆T =
½ nst termometer
= ½ x 2oF = 1oF
= 1,1
% (2 AP)
(T ±
∆T) = (88 ± 1,0) oF
Ø Tekanan (P)
1.
Tekanan Luar
P = 1002 mbar
∆P = ½ nst barometer
= ½ x 1 mbar = 0,5 mbar
KR = x 100 % = 0,05 % (5 AP)
(P ± ∆P) = (1,0020 ± 0,0005) x 103 satuan
2.
Tekanan dalam
P = 729 mmHg
∆P = ½ nst barometer
= ½ x 1 mmHg = 0,5 mmHg
KR = x 100 % = 0,07 % (4 AP)
(P ± ∆P) = (7,290 ± 0,005) x 102 mmHg
Ø Kelembaban (H)
1.
Skala dalam
H = 50 %
∆H = ½ nst hygrometer
= ½ x 5 % = 2,5 %
KR= = 5% (2 AP)
(H ± ∆H) = ( 5,0 ± 0,2) x 101 %
2.
Skala Luar
H = 6
H = ½ x
2 =
KR = x 100 %
= x 100 %= 16,7 % (2
AP)
(HH) = (6,00,1
k.
Menghitung luas meja
praktikum
P= 120 cm = 1,2 m
L = 90 cm = 0,9 m
A = PxL
= 1,2 x 0,9 = 1,08
∆P
= ½ X 0,1 cm = 0,05 cm = 0,0005 m
∆L
= ½ X 0,1 cm = 0,05 cm = 0,0005 m
=
=
=
= 6,9 x m
∆A = X A= 6,9x x
1,08=
7,4 xm
KR= 0,00069 x 100 % =
0,069 % (4 AP)
(A±1,08 ± 0,006 ) x m
l.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan yang dilakukan dengan
menggunakan alat ukur baik pengukuran yang dilakukan berulang atau pengukuran
tunggal pasti menimbulkan ketidakpastian. Ini dikarenakan tidak ada pengukuran
yang benar-benar tepat
m.
Kemungkinan kesalahan
Ø Kesalahan praktikan dalam membaca skala ukur pada alat
ukur
Ø Kesalahan dalam menentukan NST